MAKALAH ASKEB V
(TUMBUH KEMBANG)


 akbid logo


Disusun Oleh :
Kelompok


1. Dwi Isnaini 6. Revy Sefriani
2. Iis Herawati 7. Ricca Lestari
3. Ike Nurjannah 8. Septi Yensi
4. Mike Purnamasari 9. SeSti Listami
5. Nia Anggraini 10. Tariani Kartika Sari


Kelas : II.B
MK : ASKEB V
Dosen MK : Efrieni, S.Kep.Ners


AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAHAN
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN AKADEMIK
2011-2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. 
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler, seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat, sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah merupakan periode ajaib mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.




1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi tumbuh kembang ?
2. Bagaimana Tumbuh Kembang  pada Usia 12 – 18 Bulan ?
3. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan ?
4. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah ?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui defenisi tumbuh kembang 
2. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang  pada Usia 12 – 18 Bulan 
3. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan 
4. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah 









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
* I BULAN :
• Mengangkat sedikit kepalanya bila di tengkurapkan
• Mulai membangun kemampuan refleks menggenggam dengan kuat
• Hanya melihat hitam dan putih untuk semua beda yang berada 20cm dari wajahnya
• Menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian
* 2 BULAN :
• Mengangkat kepalanya setimggi 45 derajat dan bertahan beberapa menit dengan posisi seperti itu ketika di tengkurapkan
• Mengnngkat kepalanya bila digendong dengan muka menempel di pundak ibu/ayah
• Diam dan tenang sambil mengemut jari/dot(empeng)
• Menggerakan mata mengikuti objek
* 3 BULAN :
• Mengangkat kepalanya setinggi 90 derajat ketika ditengkurap
• Kepala tegak bila didudukan 
• Mendekatkan kedua kepalan tangan 
• Tidur sepanjang malam
• Menggunakan kepala tangan untuk memukul mainan atau benda yang ada di dekatnya
• Menyuguhkan senyum pertamanya
• Melihat warna dengan jelas
* 4 BULAN :
• Berguling dari posisi terlentang ketengkurap atau sebaliknya
• Mengangkat bahu ketika tengkurap kemudian menyangga dengan tangannya sendiri 
• Selalu menaruh Sesutu yang diraih kemulutnya. Tanda sifat ingin tahunya mulai terentuk
• Asyik mengamati danbermain dengan tangan dan kakinya
• Mengenali orang dan benda
* 5 BULAN :
• Mengangkat kaki dan tangannya ketika tegkurap
• Mengoceh dan tertawa lepas yang nyaring
• Kepalanya dapat tegak dengan kuat ketika diberdirikan
* 6 BULAN :
• Mampu duduk sendiri 
• Bias memegang botolnya
• Mengambil benda yang menarik perhatiannya
• Bermain dengan cara memindahkan mainan atau objek lain dari satu tapak tangan ke tapak tangan lainnya
• Menggoyang-goyangkan mainnan yang menimbulkan bunyi
• Bias berkata”ba” “ga”dan “ma” serta kombinasi katayang terdiri konsonan dan huruf hidup
• Menunjukan keterikatan yang kuat dengan cara enangis ketika ibu meninggalkannya dikamar
* 7 BULAN :
• Berdiri dengan bantuan ibu/ayah 
• Mengangkat-angkat tangan dengan lutut
• Cemas ketika melihat orang asing
• Senang berguling-guling ditempat tidur bila diletakan ditempat yang datar yang lapang
• Menyecap jus atau minuman dari cangkir berkuping dua dengan bantuan
* 8 BULAN :
• Mengigit sediri potongan kue yang kecil 
• Suka menjatuhkan jatuhkan benda 
• Merangkak dalam jarak pendek
• Mulai cari pegangan untuk berdiri
• Jari-jarinya mulai menjepit untuk mengambil benda yang jatuh 
• Bermain ciluk-ba
• Menggunaka telunjuk untuk menunjuk sesuatu
* 9 BULAN :
• Merangkak menaiki tangga
• Memberikan respon bila namanya di panggil
• Berkata “papa” “mama”
• Menjumput makanan dengan jari-jarinya
• Mulai melangkah dengan bantuan
* 10 BULAN :
• Berdiri tegak dengan bantuan seperlunya
• Bias duduk sendiri dari posisi berdiri
• Mendorong badannya sendiri untuk berdiri
• Mengambil sendiri mainan yang di sembunyikannya
• Mengulang ulang suara dan gerakan tubuhnya untuk mencari perhatian
• Melambaikan tangan

*11 BULAN :
• Mengoceh dengan nada-nada yang lebih panjang
• Mengulurka lengan atau kaki ketika dipakaikan baju
• Mampu memegang cangkir dan meminumnya tanpa bantuan
• Menjelajah diantara perabotan rumah
• Maju satu langkah tanpa berpegang pada apapun
* 12 BULAN :
• Berdiri tanpa dibantu
• Berjalan dengan atau tanpa dibantu’memberikan ciuman bila diminta
• Memberikan atau meminta mainan
• Mengaduk –aduk kotak mainan untuk mencari mainan yang di inginkannya
Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang harus dilalui yaitu: 
1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun
2.2 Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan
2.2.1 Perkembangan Fisik
Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun. “Lemak bayi” dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut, menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun. 
Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain. 
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh. 
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang tuanya dan menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi, menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.
2.2.2 Perkembangan Kognitif
Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan pelepasan hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura minum dari cangkir kosong). 
2.2.3 Perkembangan Emosi 
Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau “milestone” dari langkah-langkah pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindah-pindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling” sampai tidak terlihat. 
Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai “tempat aman” untuk penjelajahan, tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua meninggalkan anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, “situasi asing”. Ketika orang tua mereka pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun, akibat terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang tua mereka kembali. Anak yang disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat kembali bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang tuanya tetapi kemudian menolak untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena marah. Anak-anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak gelisah mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan berlanjut tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya mungkin mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh. 
2.2.4 Perkembangan Bahasa
Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara bayi dan yang merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan , mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana seperti “tidak”, “selamat tinggal, “ saya minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. 

2.2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai pertumbuhan yang lambat. Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung mengingat ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena persamaan simbolis berjalan dengan sikap mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka dan penambahan pengawasan. 
Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan. Melakukan sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtuanya membantu menghilangkan rasa takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan berkurang, di tangan orang tuanya atau yang menghindari orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anak-anak yang muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan bukannya ke orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku makan. Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih dalam batas perkembangan normal anak. 
2.3 Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan
2.3.1 Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan. 

2.3.2 Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa. 
2.3.3 Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua telah dipenuhi.
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini. Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, “jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka.
2.3.4 Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang. 
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.
2.3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi kurang efektif, kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi. Anak-anak dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai masalah tingkah laku yang lebih besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai kalimat yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang tidak sempurna dan komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan melihat buku-buku bergambar bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal untuk perkembangan bahasa. 
Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak terhadap keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya. Dokter anak dapat menjelaskan tentang munculnya kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai selimut atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang pentingnya penjelajahan. Daripada membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak pada tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin, termasuk hukuman badan, harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai. Membantu orang tua untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang berbeda dapat merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu anak pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan merubah lingkungan.
2.3.6 Nutrisi pada Toddler
Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka cenderung makan-makanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet tinggi lemak sejak bayi menjadi diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang lebih tua. 
Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus diberikan saat anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi 80 gram sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk memberikan buah dan sayur pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotong-motong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada penggorengan, dan dibakar untuk membuat manis rasanya dan ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang sangat penting, dan orang tua sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun, memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah kepada defisiensi Fe pada toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan alternatif bagi vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan karbohidrat (seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga dianjurkan pada anak-anak. 
Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan buruknya pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang terus-menerus terjadi pada negara berkembang. 
Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton lebih dari 3 jam per hari).
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan kudapan, hindari percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan gula dan mengandung natrium.
2.4 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan terbatas mereka.
2.4.1 Perkembangan Fisik
Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”. Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa. 
Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun. 
Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun 
15 bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua
18 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir
24 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri.
60 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain
Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1. Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola, mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda, berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan. 
Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh. 
Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang dewasa. 
Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan ”kesiapan” untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4 tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper) seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet. 
Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet. 
Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari 25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang normal pada usia ini.
Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet 
• Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air kecil atau defekasi
• Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi
• Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas kandung kemih yang siap berfungsi
• Anak dapat membuka bajunya
• Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga
• Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga
• Anak dapat mengikuti perintah
Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar mandi untuk melakukannya.
Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif. Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi. 
Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya. 
Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat bimbingan awal mengenai pengamanan. Orang tua kuatir mengenai kemungkinan ”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut. 
2.4.2 Perkembangan Kognitif
Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah. 
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa kebutuhan untuk merasakan ”semua”.
Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba ”pengawetan”. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.
2.4.3 Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi” kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata. 
Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif.
Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu. 
Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan lengkap tersebut. 
Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak mengulangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.
Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah. Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan untuk membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan ( menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis generasi dan revisi.
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang kata-kata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulang-ulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan memberikan timbal balik kepada anak.
2.4.4 Bermain
Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya, dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun). Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersama-sama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan. Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta (bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan aturan-aturan yang relatif tetap.
Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka), meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan). Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas. Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.
Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam setiap minggu, dan sebagian besar yang anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian.
Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan dengan mendesak anak untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan melakukan sesuatu.
Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui buku-buku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik, dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan anak setelahnya.
Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik.
Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram, menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang monster dengan menggunakan ”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak, dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.
2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral
Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolan-pengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya, khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya.
Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan. Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan, tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol.
Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan. Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2 dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial.
Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil. Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak mengekspresikan emosi dan memainkan peran.
Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah ”pribadi” sebelum masuk sekolah.
Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua, perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.
2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak
Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban ”tidak”.
Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan (semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi.
Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius. Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti ”hitung mundur”, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa kali menyetujui anak.
2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah
Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5 tahun.
Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran segar).
Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka, makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi sebaiknya diberikan secara jarang.














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. 
Pada masa balita pula, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. 
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

3.2 Saran
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah kami kedepannya akan lebih baik 





DAFTAR PUSTAKA

http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-tumbuh-kembang-anak-usia-1-5.html.
http://adeniaroom.blogspot.com/2009/05/tahapan-perkembangan-anak-usia-0-5.html.



makalah poned puskesmas

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PONED (PUSKESMAS)




Disusun Oleh :
Kelompok 3



1. Ayu Maharani
2. Chintya Agustin
3. Eva Tri Utami
4. Lela Mentari
5. Maya Gishela Wati
6. Novi Anggrayani
7. Septi Yensi
8. Sesti Listami
9. Tri Kartika Ayu



Kelas : II.B
MK : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Dosen MK : IDA HARYANI,SKM


AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAHAN
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN AKADEMIK
2011-2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya serta hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan pada penulis,  sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar”.
 Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah “ILMU KESEHATAN MASYARAKAT”.
Dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan makalah ini.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih :
1. IDA HARYANI,SKM selaku dosen pembimbing mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat
2. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
 Terakhir penulis menyampaikan harapan, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk  peningkatan kemampuan untuk menambah menambah wawasan sebagai tenaga kesehatan dimasa yang akan datang.




                                                                                                   Muara Enim, 05 april 2012

                                                                                                                Penulis









DAFTAR ISI
Judul Makalah
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II  PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Poned 2
2.2 Batasan Dalam Poned 2
2.3  Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned 3
2.4 Kriteria Rumah Sakit Poned 3
2.5 Tujuan Poned 3
2.6 Hambatan Dan Kendala Dalam Penyelenggaraan Poned 3
2.7 Tugas Puskesmas Poned 4
2.8 Syarat Puskesmas Poned 4
2.9 Petugas Pelaksana Poned 4
2.10 Pelayanan Yang Dilaksanakan 4
2.11 Faktor Pendukung Keberhasilan Poned Puskesmas 6

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
Daftar Pustaka 9


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).Penyebab kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%. 
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari PONED ?
2. Apa tujuan dari PONED ?
3. Pelayanan apa saja yang diberikan dalam PONED ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian dari PONED  
2. Untuk mengetahui tujuan dari PONED 
3. Untuk mengetahui pelayanan-pelayanan yang diberikan dalam PONED


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial  Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

2.2 BATASAN DALAM PONED
 
Dalam PONED bidan boleh memberikan
a. Injeksi antibiotika
b. Injeksi uterotonika 
c. Injeksi sedative
d. Plasenta manual
e. Ekstraksi vacuum
f. Tranfusi darah
g. Operasi SC 

2.3  INDIKATOR KELANGSUNGAN DARI PUSKESMAS PONED 

a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
c. Kerjasama RS PONED
d. Dukungan Diskes
e. Kerjasama SpOG
f. Kerjasama bidan desa
g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
h. Pembinaan AMP 
i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS

2.4 KRITERIA RUMAH SAKIT PONED 
a. Ada rawat inap
b. Ada Puskesmas binaan – Rumah Sakit tipe C
2.5 TUJUAN PONED

PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri. 

2.6 HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENYELENGGARAAN PONED

Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :
a. Mutu SDM yang rendah
b. Sarana prasarana yang kurang
c. Ketrampilan yang kurang
d. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan Puskesmas Non PONED belum maksimal
e. Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
f. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memada

2.7 TUGAS PUSKESMAS PONED
a. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok bersalin Desa
b. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
c. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.

2.8 SYARAT PUSKESMAS PONED
a. Pelayanan buka 24  jam 
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat  terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
c. Tersedia alat transportasi siap 24  jam
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak sebagai  
 
2.9 PETUGAS PELAKSANA PONED
a. Dokter umum  2 orang
b. Bidan  8 orang 
c. Perawat 
d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED 

2.10 PELAYANAN YANG DILAKSANAKAN
Pelayanan PONED
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil 
e. Penatalaksanaan Bumil Resti 
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang                       
h. Partus Lama                                   
i. KPD                                             
j. Gemeli                               
k. Pre Eklamsia                     
l. Perdarahan Post Partum
m. Ab. Incomplitus
n. Distosia Bahu
o. Asfiksia
p. BBLR
q. Hypotermia
r. Komponen pelayanan maternal 
•         Pre eklamsia/eklamsia 
•         Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan 
•         Perdarahan postpartum 
•         Infeksi nifas 
s. Komponen pelayanan neonatal 
•         Bayi berat lahir rendah 
•         Hipotermi 
•         Hipoglikemi 
•         Ikterus/hiperbilirubinemia 
•         Masalah pemberian nutrisi 
•         Asfiksia pada bayi 
•         Gangguan nafas 
•          Kejang pada bayi baru lahir 
•         Infeksi neonatal 
•          Rujukan dan transportasi bayi baru lahir 

2.11 FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PONED PUSKESMAS ANTARA LAIN 

a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c. Peran serta aktif bidan desa
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal.

Fasilitas dan sumber daya pada level pelayanan kesehatan

Tempat Level SDM Jenis Pelayanan 
Polindes      I   Bidan/bidan desa Asuhan bayi baru lahir normal resusitasi 

Puskesmas dengan Rawat Inap      I Bidan/perawat 
Dokter umum 
Asuhan bayi baru lahir normal 
Resusitasi 
Gangguan nafas ringan 
Hipotermi 
Hiperbilirubinemia 
Kejang 
Masalah pemberian ASI (konseling) 
BBLR > 1750 gr 
Hipoglikemi 
Infeksi ringan 
Diare dengan dehidrasi ringan 
Rumah Sakit Rujukan      2 Bidan/perawat 
Dokter 
Dokter spesialis 
Asuhan bayi baru lahir normal 
Resusitasi 
Gangguan nafas sedang-berat 
Hipotermi 
Hiperbilirubinemia 
Kejang 
Masalah pemberian ASI (konseling) 
BBLR < 1750 gr 
Hipoglikemi 
Infeksi sedang - berat 
Diare dengan dehidrasi sedang -berat 
syok 















BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih. Dalam PONED bidan boleh memberikan
1. Injeksi antibiotika
2. Injeksi uterotonika 
3. Injeksi sedative
4. Plasenta manual
5. Ekstraksi vacuum


3.2 SARAN

Dengan penulisan makalah ini penulis berharap pembaca bisa memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya.










DAFTAR PUSTAKA


1. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta  ______________________.2005. Kebijakan Pelayanan Ibu dan Perinatal di Indonesia. Jakarta.
2. Syafrudin 2009 Kebidanan Komunitas Jakarta Penerbit Buku Kedokteran
3. http://venyulyap.blogspot.com/2011/05/makalah-poned_02.html